Sebuah Cerita

Arkais
2 min readMar 23, 2023

--

#MPC1_2023

Dulu, jauh sebelum dihantui bayang-bayang rasa malang, jauh saat dalam maniknya kutemukan senang, jauh sebelum dunia menjadi penghalang, gadis itu meminta satu hal padaku. Hanya satu, tidak lebih. Sebelumnya, ia tak pernah mengharap apapun padaku. Tumben saja waktu itu dirinya tiba-tiba berceletuk, “Ceritakan aku kisah tentang batu.”

Tepat saat kalimatnya rampung, aku jadi termenung. Di satu sisi rasa heran melanda, tetapi di sisi lain aku berpikir keras tentang jawaban yang dapat memuaskan dahaga. Ah, kalau sudah begitu, otak pintarku akan mengambil alih untuk bekerja.

Aku lupa bagaimana tepatnya aku menjawab pertanyaan aneh gadis itu. Namun, satu hal yang kuingat dengan pasti adalah penghubungan mengenai lamanya waktu yang diperlukan dalam pengikisan batu dengan pertahanan akal manusia. Jawaban yang aneh bila dipikir kembali. Mungkin saja waktu itu aku juga menghubungkan pertumbuhan lumut pada batu dengan pendirian manusia yang anti-goyah.

Keanehannya belum berakhir. Setelah itu, ia bertanya padaku: apakah kisah tentang burung sudah didengar? Kujawab belum. Kemudian, dengan mata berbinar gadis itu menyinggung kebebasan burung yang dapat terbang tinggi di angkasa dengan hal-hal yang membelenggu manusia.

Tidak adil, pikirku. Bukankah sama saja? Toh, burung tidak dapat menikmati ramen karena tidak memiliki uang sedangkan manusia bisa. Belum lagi manusia bisa melakukan paralayang ataupun naik pesawat jika ingin menikmati suasana langit seperti burung. Obrolan yang memuakkan. Sayangnya aku tidak boleh protes karena berbincang dengan gadis pasif sepertinya merupakan suatu kesempatan langka yang tidak boleh dilewatkan.

--

--

Arkais

Halo, di sini saya hanya membagi cerita yang kiranya menarik untuk dibaca.